Jenis media tanam berbahan Anorganik | KeterampilanSikaladi.blogspot.com
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral
tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses
pelapukan tersebut diakibatkan o/eh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik,
biologi-mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari
pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau
batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu
(berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan
anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di
pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam
yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit,
dan perlit.
1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering
digunakan sebagai media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis
ini sangat praktis dan efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti
dengan yang baru, menyiram, atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga
memiliki keanekaragaman warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan
selera dan warna tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan
keindahan dan keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang
kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa ditanam dalam
media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun, gel tidak eaeak untuk
tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau tanaman hias bonsai. Hal itu
bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam memasok kebutuhan air, tetapi lebih
dikarenakan pertumbuhan akar tanaman yang mengeras sehingga bisa membuat vas
pecah. Sebagian besar nursery lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk
pengangkutan tanaman dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap
terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun
bersanding dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium
bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada
taman miniatur tersebut.
2. Pasir
Contoh media Anorganik ( pasir ) |
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk
menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika
digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan
proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta
drainase media tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir
yang sering digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori
makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan.
Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses :o ::misahan) pasir sangat
kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau ~’lgin. Dengan demikian, media pasir
lebih membutuhkan pengairan dan ::emupukan yang lebih intensif. Hal tersebut
yang menyebabkan pasir jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering dikombinasikan
dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil, batu-batuan, atau bahan
organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang
bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus
dihindari untuk :gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah
dicuci :erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat
,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman, seperti
akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang selanjutnya
mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
3. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam
memang :idakjauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori
makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk
budi daya tanaman secara hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu
peredaran larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya tidak menekan
pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif
rendah sehingga mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan
secara rutin.
Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak dijumpai kerikil
sintesis. Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai batu apung, yakni
memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot yang ringan. Kelebihan
kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil biasa adalah kemampuannya yang
cukup baik dalam menyerap air. Selain itu, sistem drainase yang dihasilkan juga
baik sehingga tetap dapat mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam
media tanam.
4. Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai
media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga
berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan
digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti kerikil, dengan ukuran
sekitar 2-3 em. Semakin keeil ukurannya, kemampuan daya serap batu bata
terhadap air maupun unsur hara akan semakin balk. Selain itu, ukuran yang
semakin keeil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar
tanaman berlangsung lebih baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam
ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu,
kebersihan dan kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh
karena itu, penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun miskin unsur hara, media pecahan batu bata tidak
mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok digunakan sebagai media
tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan drainase dan aerasi yang baik.
Tanaman yang sering menggunakan pecahan batu bata sebagai media dasar pot
adalah anggrek.
5. Spons (floralfoam)
Para hobiis yang berkecimpung dalam budi daya tanaman hias
sudah sering memanfaatkan spans sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari
sifatnya, spans sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan
di mana saja. Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat
karena setelah direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya
sehingga dapat menegakkan tanaman.
Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya
serap
terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan
dalam bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya
mudah hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak pakai
(mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan yang baru.
Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans sering digunakan
sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong (cutting flower) yang
penggunaannya eenderung hanya sementara waktu saja.
6. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling
halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki
poripori berukuran keeil (pori-pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori
yang berukuran besar (pori-pori makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air
yang eukup kuat. Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler
atau udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi udara
atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori mikro
berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau udara menjadi
lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin unsur hara
sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang kaya akan unsur hara.
Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan bahan-bahan lain seperti pasir
dan humus sangat cocok dijadikan sebagai media penyemaian, eangkok, dan bonsai.
7. Vermikulit dan perlit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan
dari
pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium
dan H’,lum. Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang
memiliki kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan
padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan
meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media tanaman. Jika
digunakan sebagai campuran media tanam,
vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan
daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan produk mineral
berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation dan daya serap air yang
rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi perlit sama dengan Vermikulit,
yakni menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya serap air.
Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai media tanam
sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk mengoptimalkan tanaman
dalam menyerap unsur-unsur hara.
8. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari
kopolimer
styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam.
Mulanya, styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian
diri) bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut hanya
bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus jengan ukuran (1 x
1 x 1) cm.
Sekarang, beberapa nursery menggunakan styrofoam sebagai
campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas media tanam. Jntuk keperluan
ini, styrofoam yang digunakan dalam bentuk yang sudah dihancurkan sehingga
menjadi bola-bola kecil, berukuran sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam
ke dalam media tanam membuatnya
menjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang
oleh semut.
sumber:
- http://kangtoo.wordpress.com/macam-macam-media-tanam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar